Jalur Kereta Api NIS/KAI Semarang - Solo (1867 - Sekarang)

Jalur Kereta Api Semarang - Solo adalah jalur kereta api yang menghubungkan antara Kota Semarang Ibukota Provinsi Jawa Tengah dan Kota Solo (Kota kedua terbesar di Jawa Tengah), melewati Kabupaten Grobogan dan Sragen. Jalur ini adalah jalur spesial karena merupakan jalur kereta api yang pertama kali dibangun di Indonesia/Pulau Jawa. Pembangunannya diprakarsai oleh Perusahaan Kereta Api Swasta pertama Hindia Belanda Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) pada Tahun 1867 dari Stasiun Samarang NIS (sisa bangunan masih ada, lihat di peta) sampai Stasiun Tanggung (masih aktif sampai sekarang) sepanjang 25 Km. Jadi di jalur ini terdapat stasiun-stasiun kereta api yang pertama kali dibangun di Indonesia seperti Stasiun Tanggung, Alastua dan Brumbung, selain Stasiun Samarang NIS sendiri. Jalur ini pada awalnya dibuat menggunakan standard gauge (1435 mm) yang kemudian di regauge di sekitar masa pendudukan Jepang menjadi Cape Gauge (1067 mm) sampai sekarang. Selanjutnya pada tahun 1868, jalur diperpanjang dari Stasiun Tanggung menuju Kedungjati sepanjang 9 km, dan diteruskan sampai solo pada tahun 1870 sepanjang 70 km.

Pada tahun 1914 Stasiun Semarang Tawang selesai dibangun, sehingga pusat operasi perkeretaapian dipindahkan ke Stasiun Tawang dan Stasiun Samarang NIS yang awalnya merupakan stasiun terminus (stasiun akhir) dengan ciri khas bentuk "U" seperti Stasiun Jakarta Kota dijebol bagian kirinya untuk menyambungkan dengan Stasiun Tawang. Stasiun Samarang NIS masih ada sisa bangunannya sekarang dan terancam tenggelam oleh banjir rob yang semakin parah dari waktu ke waktu. 

Fasad Depan Stasiun Kalioso



Saat ini jalur ini dikelola oleh PT. KAI DAOP IV Semarang dan menjadi penghubung lintas utara dan lintas selatan jawa, walaupun trafik kereta api yang lewat tidak terlalu banyak. Dari sejak jaman Belanda, kebanyakan stasiun di jalur ini masih aktif seperti Kedungjati, Tanggung, Brumbung, Alastua, Gundih. Selain itu juga terdapat beberapa stasiun lama yang sudah dinonaktifkan tapi masih ada bangunannya seperti Stasiun Jetis, Gedangan dan Jambean (Pemberhentian unik dari kayu/bangunannya mirip seperti gardu) serta terdapat beberapa pemberhentian yang sudah hilang bangunannya di petak Tawang - Tanggung seperti pemberhentian Jamus, Ngablak dan Telogotirto. 

Salah satu hal yang unik dari jalur ini selain Stasiun Tua adalah pemandangan alamnya yang mungkin jarang ditemui di jalur lain, dimana kita akan disuguhkan pemandangan perbukitan elevasi rendah Kendeng yang kering dan tandus di sepanjang Grobogan, dan juga pemandangan suasana perdesaan yang benar-benar alami, hutan jati yang luas, serta rumah-rumah Jawa klasik. Singkatnya, melewati jalur ini rasanya seperti berkunjung ke masa lalu. 

UPDATE MARET 2021

Seiring penyelesaian jalur cabang ke Bandara Adisumarmo, lintas ini sekarang bertambah satu stasiun aktif dengan nama Stasiun Kadipiro yang berada diantara petak Solo Balapan - Kalioso. Stasiun Kadipiro difungsikan untuk melayani penumpang dari dan menuju Bandara Adisumarmo Solo. 







Komentar

Postingan Populer